Sabtu, 31 Januari 2015

EKSTRAKSI



LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
Ekstraksi
         
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
EKSTRAKSI
(Rabu, 13 November 2013)

I.                   Tujuan Percobaan

1.      Mendapatkan crude kafein dari daun teh kering dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut kloroform
2.      Menentukan % rendemen kafein dari daun teh kering dengan cara ekstraksi

II.               Dasar Teori

Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1 % dalam air ). Secara ilmiah, efek kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia) dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji kopi dan daun teh yang sangat cepat, sementara penghancurannya sangat lambat. (Hermanto: 2007)
Untuk mendapatkan dan menentukan kadar kafein dalam teh dilakukan metoda ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu produk pemisahan suatu zat dari campuranyya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya, komponen bercampur sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia dalam konsentrasi yang telalu rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester untuk essence pada sirup, pengambilan kafein dari daun teh dan pelarutaan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas. Saat ekstraksi, larutan ekstrak yang tercemar harus dibersihkan. Suatu pelarut yang digunakan sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar, sehingga kebutuhan pelarut lebih sedikit. (Anonim: 2010)
Berdasarkan jenisnya, ekstraksi dibagi menjadi 2 yaitu ekstraksi dingin dan ekstraksi panas.
a.       Cara dingin
Ekstraksi Maserasi yaitu Proses perendaman sampel dengan menggunakan pelarut organic pada temperature ruangan.  Maserasi ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan merendam dengan pelarut organic dimana cairan penyari tersebut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif tersebut akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi. Maserasi biasanya digunakan untuk pengambilan zat-zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyaring dan tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung zat sejenis benzoin dll. Keuntungan dari cara ini yaitu pengerjaannya dan peralatannya sederhana dan mudah di cari. Kerugiannya cara maserasi ini pengerjaannya lama dan penyaringannya juga kurang sempurna.
Prinsip dari maserasi ini yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar yang terlindung dari cahaya dan cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Perkolasi merupakan penyaringan yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia. Prinsip kerjanya serbuk simplisia ditempatkan dalam ejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyairan dialirkan dari atas ke bawah hingga zat penyari tersebut  melarutkan zat aktif di dalam simplisia atau sampel sampai keadaaan jenuh.
Keuntungan dari perkolasi ini, aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiker tersebut maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, hingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi. Kelemahannya perkolasi ini harus menggunakan banyak pelarut dan juga hasil yang didapatkan tidak maksimal.
Prinsip dari perkolasi ini yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. (Khopkar: 1990)
b.      Cara panas
Sokhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, dapat digunakan pelarut yang lebih sedikit, pemanasannya dapat diatur. Tapi ekstraksi sokhlet ini memiliki kerugian juga, yaitu ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas, jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
Prinsip sokhletasi  ini sebagai penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Di bawah ini gambar dari alat sokhletasi,
                 
Nama-nama instrumen dan fungsinya :
1.              Kondensor  berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses pengembunan.
2.              Tabung sokhlet berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses penguapan.
3.              Labu alas bulat/labu alas bulat  : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya.
4.              Hot plate  berfungsi sebagai pemanas larutan.
(http://akbarcules46.blogspot.com)

Ada pula metoda refluks, keuntungan dari metode refluks ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan carasampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. (Basset: 1994)
Sedangkan untuk menentukan persentase rendemen dengan merujuk pada jumlah produk yang dihasilkan pada ekstraksi yaitu % rendemen kafein sama dengan berat crude kafein dibagi dengan berat daun teh kering awal dikali dengan 100 %. (http://studyzoneanalys.blogspot.com)

III.           Alat dan Bahan

a.      Alat
1 buah alat sokhletasi
1 buah corong pisah
1 buah kaca arloji
1 buah gelas ukur 10 mL
1 buah gelas kimia 250 mL
1 buah gelas kimia 1000 mL
1 buah labu erlenmeyer 250 mL
1 buah pemanas dan bunsen
1 buah klonsong dari kertas saring (20X18cm)
1 buah neraca analitik
1 buah pipet tetes
1 buah botol semprot

b.      Bahan
30 gram daun teh kering (teh poci)
15 g CaCO3
5 mL larutan kloroform
0,5 g Na2SO4
300 mL air

IV.           Cara Kerja

Pertama-tama disiapkan klonsong dari kertas saring dengan ukuran 20X18 cm.  Dalam gelas kimia 30 g daun teh kering (teh poci) ditambahkan dengan 15 g CaCO3 dan dimasukkan kedalam klonsong yang sudah dibuat.  Klonsong dimasukkan pada tabung sokhlet kemudian ditambahkan air sebanyak 300 mL. Setelah itu dilakukan pemanasan dengan suhu 15-20 oC hingga ekstrak panas teh terkumpul di labu alas bulat.
Ekstrak panas yang didapatkan didinginkan dan dimasukkan kedalam corong pisah dengan ditambahkan 5 mL larutan kloroform kedalamnya. Lalu dilakukan pengocokan sehingga terjadi dua fase. Fase yang diambil yaitu fase atas dan dipindahkan dalam labu erlenmeyer  yang sudah ditimbang dalam keadaan kosong terlebih dahulu dan ditambahkan dengan 0,5 g Na2SO4 kemudian dilakukan penguapan. Langkah terakhir adalah crude kafein ditimbang dan dihitung % rendemen kafin dari teh kering.

V.               Pengamatan

a.      Sifat fisis dan Sifat kimia
1.      Daun teh kering (teh poci)
Berupa serbuk teh berwarna coklat, serta berbau khas teh
2.      Air (H2O)
Berupa larutan tidak berwarna,tidak berbau dan tidak berasa, memiliki massa molar sebesar 18 g/mol, ttik lebur 0 oC dan titik didih 100oC. Air merupakan pelarut universal, dan juga merupakan pelarut polar.
3.      CaCO3
Berupa serbuk berwarna putih dan tidak berbau, memiliki massa molar sebesar 100.0869 g/mol, memiliki titik lebur pada 1339oC. Larut dalam air dan dalam asam encer serta dapat terbakar pada suhu 825oC.
4.      Kloroform (CHCl3)
Berupa larutan yang tak berwarna dan berbau khas, memiliki massa molar sebesar 119.38 g/mol, memiliki titik lebur pada -63.5 oC dan titik didih pada 61.2 oC. Merupakan pelarut non polar dan mudah menguap.
5.      Na2SO4
Berupa serbuk kristal berwarna putih dan sediki berbau, memiliki massa molar sebesar 142.04 g/mol, memiliki titik lebur pada 884oC dan titik leleh pada 1429oC. Mudah larut dalam air, biasanya digunakan sebagai bahan embuat detergen dan pembuatan pulp kertas.

b.      Hasil pengamatan
Perlakuan
Pengamatan
Membuat klonsong dari kertas saring berukuran 20X18cm. Dimasukkan kedalamnya 30 g daun teh kering dan 15 g CaCO3.
Memasukkan klonsong dalam tabung sokhlet pada alat sokhletasi dan ditambahkan air sebanyak 300 mL. Setelah itu dilakukan pemanasan pada suhu 15-20oC hingga diperoleh ekstrak panas.
                   
Ekstrak panas berwarna coklat tua
Ekstrak panas didinginkan dan dimasukkan kedalam corong pisah dengan ditambahkan 5 mL larutan kloroform
                   
Terjadi 2 fase, fase atas berwarna coklat tua sedangkan fase bawah berwarna putih susu
Fase atas di tambahkan 0,5 g Na2SO4 dan diuapkan
Didapatkan crude kafein berwarna coklat kehitaman

Crude kafein ditimbang
Berat labu erlenmeyer 250 mL kosong = 105,41 g
Berat labu erlenmeyer 250 mL+crude kafein = 125,6 g
Berat crude kafein = Berat labu erlenmeyer 250 mL+crude kafein – Berat labu erlenmeyer 250 mL kosong
= 125,6 g - 105,41 g
= 20,19 g



VI.           Pembahasan
Ekstraksi kafein dari daun teh kering (teh poci) bertujuan untuk mendapatkan crude kafein dan menentukan % rendemen kafein dalam daun teh kering. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan alat sokhletasi yang disebut pula ekstraksi panas. Sokhletasi merupakan suatu metode atau pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu. Prinsip sokhletasi yaitu dengan menggunakan pelarut selalu baru dalam mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut yang konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik (kondensor).
Penarikan komponen kimia dilakukan dengan cara daun teh kering ditempatkan dalam suatu wadah dalam hal ini klonsong dari kertas saring yang telah ditambahkan terlebih dahulu CaCO3. Cairan penyaring dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor menjadi molekul-molekul cairan yang jatuh kedalam klonsong, lalu seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat hingga terjadi sirkulasi.
Daun teh kering dalam klonsong yang telah ditambahkan CaCO3, hal ini bertujuan untuk mengeluarkan bahan-bahan yang terkandung dalam daun teh kering secara keseluruhan, yaitu alkaloid yang mengandung nitrogen dan memiliki properti basa amina organik. Dan ditambahkan pula dengan air agar kafein keluar dari daun teh kering dan ikut larut dalam air. Sedangkan kandungan teh yang lainnya seperti pigmen flavonoid yang tidak larut dalam CaCO3 dapat larut dalam air. Pada saat daun teh kering dan CaCO3 dicampurkan, kedua zat tersebut tidak menyatu hal ini dikarenakan CaCO3 adalah senyawa organik sedangkan daun teh kering adalah senyawa anorganik.
Dalam sokhletasi, pemanasan dilakukan untuk mempercepat proses pemisahan antara kafein dengan daun teh kering. CaCO3 terurai menjadi batu didih dan gas karbondioksida, namun dengan pemanasan CaCO3 menjadi larut. Selain itu pula, pemanasan ditujukan untuk menguapkan kandungan air dalam filtrat, sehingga konsentrasi kafein semakin pekat dan kandungan-kandungan lainnya menghilang. Ekstrak panas yang berwarna coklat yang diperoleh didinginkan sebentar dengan tujuan agar ekstrak daun teh kering dalam air benar-benar sempurna (larut secara maksimal) dan agar suhu ekstrak sama dengan suhu kamar.
Setelah itu, ekstrak dimasukkan kedalam corong pisah dengan ditambahkan kloroform yang digunakan untuk mengikat kafein dari ekstrak agar kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain dari ekstrak.  Kafein dapat diikat oleh kloroform karena berupa zat non polar yang dapat terikat oleh zat non polar juga yaitu kloroform. Selanjutnya campuran ekstrak dan kloroform dilakukan pengocokan agar kloroform dapat terdistribusi dengan cepat dan keduanya tercampur sempurna.  Campuran menjadi dua fase, yaitu fase atas yang berwarna coklat tua dan fase bawah yang berwarna putih susu.
Setelah itu, fase atas dipindahkan kedalam labu erlenmeyer yang telah ditimbang terlebih dulu. Fase atas yang berwarna coklat tua kemudian ditambahkan  Na2SO4 untuk menarik molekul air yang terdapat dalam fase atas yang sudah dipisahkan atau sebagai bahan pengering untuk mendapatkan crude kafeinnya. Kemudian campuran tersebut dilakukan penguapan supaya kloroform (yang sifatnya mudah menguap) yang terdapat dalam campuran menjadi menguap. Penguapan dilakukan hingga tersisa crude kafeinnya.
Crude kafein yang diperoleh berwarna coklat kehitaman, kemudian crude kafein dalam labu erlenmeyer ditimbang yang diperoleh sebesar 125,6 g. Sehingga crude kafein yang didapat sebesar 20,19 g. Sedangkan persentase (%) rendemen kafein dari daun teh kering sebesar 67,3%. Persentase ini jauh lebih besar dari persentase kafein secara teoritis atau berdasarkan literatur yaitu 4% dalam 40 mg daun teh kering atau setara dengan 22,5% dalam 30 g daun teh kering. Hal ini dikarenakan, daun teh kering yang digunakan dalam percobaan bukanlah daun teh yang murni tetapi telah bercampur dengan zat-zat lainnnya saat diproduksi. Kemungkinan yang lain adalah kafein tidak larut sempurna atau kurangnya proses penguapan.

VII.        Perhitungan

Berat daun teh kering awal = 30 g
Berat labu erlenmeyer 250 mL kosong = 105,41 g
Berat labu erlenmeyer 250 mL+crude kafein = 125,6 g
Berat crude kafein = Berat labu erlenmeyer 250 mL+crude kafein –
                                  Berat labu erlenmeyer 250 mL kosong
                              = 125,6 g - 105,41 g
                              = 20,19 g
 




VIII.    Kesimpulan

Dari percobaan ekstraksi ini dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan crude kafein dilakukan dengan cara ekstraksi dari daun teh kering dengan metode sokhletasi dan menggunakan pelarut kloroform yang bersifat non polar. Sehingga didapatkan crude kafein dari daun teh kering sebesar 20,19 g. Persentase (%) rendemen kafein dalam daunteh kering yaitu sebesar 67,3%.



















Daftar Pustaka

Anonim.2010.Ektraksi. dari http://www.chem-is-try.org. (diakses pada tanggal 05 November 2013 pukul 19:48).
Basset,J.dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hermanto, Sindhu.2007.Kafein, Senyawa Bermanfaat atau Beracun ?.dari http://www.chem-is-try.org. (diakses pada tanggal 05 November 2013 pukul 19:22).
http://akbarcules46.blogspot.com (diakses pada tanggal 06 November 2013 pukul 20:33)
http://studyzoneanalys.blogspot.com (diakses pada tanggal 06 November 2013 pukul 21:00)
Khopkar, S.M.1990.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta:Universitas Indonesia Press.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar